Perempuan pada umumnya banyak terkendala dalam hal akses terhadap pinjaman atau layanan finansial lainnya yang ditawarkan oleh bank. Hal ini terutama dirasakan oleh pengusaha perempuan yang menjalankan usaha kecil. Bank biasanya menyasar usaha di sektor formal dan bila mereka memberikan pinjaman untuk usaha kecil informal, mereka lebih memilih melayani peminjam laki-laki.
Secara tradisional, laki-laki sebagai kepala keluarga memang dianggap memegang kepemilikan dan kontrol lebih terhadap aset tanah atau uang. Sebaliknya, pengusaha perempuan seringkali dipandang sebelah mata. Bank-bank tersebut telah menyia-nyiakan peluang yang sangat berharga, dan saya akan jabarkan alasannya.
Karena mereka dianggap kurang layak untuk mendapatkan pinjaman bank, banyak perempuan di pedesaan yang akhirnya beralih ke lembaga keuangan mikro (LKM) untuk mendapatkan pinjaman. Yang menarik adalah, banyak LKM yang telah membuktikan dari pengalaman selama bertahun-tahun bahwa peminjam perempuan sebenarnya memiliki resiko kredit yang lebih rendah dibanding laki-laki.
Peminjam perempuan di banyak LKM secara konsisten memiliki tingkat pembayaran kembali yang sangat tinggi. Contohnya Komida (Koperasi Mitra Dhuafa), yang adalah Mitra Pemberi Pinjaman di Mekar dan merupakan sebuah koperasi simpan pinjam yang memiliki 153 cabang dan sekitar 370.000 peminjam yang kesemuanya wanita. Dari tahun ke tahun, 99,7% peminjam di Komida mengembalikan pinjaman mereka secara tepat waktu.
Selain Komida, dua koperasi simpan pinjam lain yaitu Karya Usaha Mandiri dan MBK Ventura, yang juga secara eksklusif memberi pinjaman hanya kepada peminjam perempuan, juga selalu mencatatkan tingkat pembayaran kembali yang sangat tinggi, yaitu sebesar 98% per tahun. Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa peminjam perempuan di berbagai negara senantiasa mengungguli peminjam laki-laki dalam membayar kembali pinjaman mereka.
Adalah hal yang menarik bahwa ada satu kelompok masyarakat yang dianggap memiliki resiko kredit yang besar bagi satu jenis lembaga keuangan, namun di saat yang sama, dipandang sebagai klien yang berharga bagi lembaga lainnya. Ada berbagai alasan kenapa peminjam perempuan jarang menimbulkan masalah bagi para LKM. Berikut beberapa di antaranya:
1. Tidak ada akses ke pemberi pinjaman lainnya
Faktanya, bagi kebanyakan pengusaha perempuan, mendapatkan pinjaman untuk usaha kecil mereka tidaklah mudah. Butuh waktu yang panjang, dan dengan skala usaha yang kecil, mendapatkan pinjaman lebih sulit dibanding kalau bisnis mereka masuk ke dalam usaha skala besar. Terkadang LKM adalah satu-satunya pilihan, kalau mereka tidak mau jatuh ke dalam perangkap rentenir.
Direktur Operasional Komida, Sugeng Priyono, mengatakan salah satu alasan utama peminjam di Komida membayar pinjaman mereka tepat waktu adalah karena mereka ingin memastikan bahwa mereka tetap memiliki akses dan bisa kembali mendapatkan pinjaman di masa depan. Tekad semacam ini lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.
2. Malu kalau tidak membayar
Sugeng juga mengatakan bahwa peminjam perempuan seringkali mengutarakan bahwa mereka akan “merasa malu sama teman-teman atau tetangganya jika ketahuan tidak membayar.”
Perempuan merasakan tekanan yang lebih besar untuk menjadi peminjam yang baik dibandingkan laki-laki karena mereka takut mendapatkan kritik dari lingkungannya. Selain itu, mereka juga merasa takut gagal dalam menjalankan bisnisnya. Banyak di antara mereka yang menggantungkan pendapatan keluarga pada usaha yang dijalankan.
3. Strategi investasi yang lebih konservatif
Perempuan biasanya lebih konservatif atau berhati-hati dalam strategi investasinya, dibandingkan dengan laki-laki. Sebagai contoh, Direktur Karya Usaha Mandiri, Murtadho, mengatakan bahwa para peminjam wanita di koperasi tersebut sebagian besar mengajukan pinjaman dalam jumlah yang mereka yakin bisa mengembalikannya dan bukan berdasarkan kebutuhan.
4. Menjaga hubungan baik dengan staf LKM di lapangan
Adanya kontak dengan staf LKM di lapangan juga memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para peminjam perempuan membayar kembali pinjaman mereka secara tepat waktu. LKM biasanya mengadakan sebuah pertemuan kelompok mingguan di mana peminjam bertemu dengan petugas pinjaman dan melakukan transaksi seperti penerimaan pinjaman dan pembayaran angsuran.
Perempuan lebih sering berpartisipasi dalam pertemuan ini dibanding laki-laki, karena bagi banyak perempuan di pelosok daerah, pertemuan semacam ini merupakan sebuah kesempatan untuk keluar dari rumah dan menikmati sedikit waktu bersosialisasi.
Murtadho mengatakan koperasi yang dijalankannya dulu pernah memberikan pinjaman pada anggota laki-laki. Tapi tidak bertahan lama. Murtadho menyebutkan bahwa peminjam laki-laki memiliki tingkat pembayaran kembali yang rendah karena mereka enggan datang ke pertemuan rutin mingguan.
“Para pria hanya bertahan beberapa bulan saja dalam pertemuan rutinnya,” Kata Murthado. Dia menegaskan bahwa para peminjam laki-laki merasa berat untuk datang ke pertemuan kelompok karena aktivitas mereka lebih banyak di tempat bekerja. “Berbeda dengan kaum wanita, mereka tidak mengalami kesulitan untuk bisa kumpul dalam pertemuan dan repayment nya jauh lebih baik dibanding peminjam pria,” tambahnya.
Dalam pertemuan kelompok, para peminjam biasanya juga bisa berdiskusi dengan petugas pinjaman tentang masalah-masalah yang mereka hadapi dan berbagi pengalaman dalam mengembangkan bisnis mereka. Sugeng berkata bahwa staf Komida biasanya malah melakukan lebih dari itu: mengunjungi peminjam ketika mereka sakit atau melahirkan.
Hubungan baik ini terbukti memiliki dampak positif terhadap performa pembayaran pinjaman. Sugeng menambahkan, peminjam di Komida membayar kembali pinjaman mereka tepat waktu karena mereka merasa perlu menjaga hubungan baik dengan petugas pinjaman mereka.
5. Intinya, mereka lebih bertanggung jawab
Peminjam perempuan tampaknya lebih memiliki rasa tanggung jawab. “Peminjam kami percaya bahwa apapun yang terjadi, hutang harus dibayar,” kata Sugeng.
Dr. Shafiq Dhanani, pendiri dan CEO MBK Ventura, menambahkan bahwa perempuan lebih baik dalam hal membayar kembali pinjaman mereka karena hampir tidak mungkin untuk mereka untuk pergi dan meninggalkan rumah mereka. Para perempuan memiliki kewajiban terhadap anak-anak dan keluarga besarnya. Sebagian laki-laki di Indonesia, ketika mereka terlilit hutang pinjaman, bisa memilih untuk pergi selama beberapa waktu dari rumahnya untuk menghindari penagih. Para perempuan, mereka tidak pergi, mereka membayar kembali pinjamannya karena mereka memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar.
Pelajari lebih lanjut tentang Komida, Mitra Pemberi Pinjaman di Mekar juga tentang Karya Usaha Mandiri dan MBK Ventura.