Fintech sedang mengguncang dunia, termasuk Indonesia, dan investor mulai memperhatikannya. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mengatakan bahwa industri fintech di negara ini diperkirakan akan menerima investasi sampai dengan $ 8 miliar (Rp 105 triliun) pada tahun 2018.
Selama berlangsungnya Festival & Konferensi Fintech Indonesia pada bulan Agustus 2016, Rosan Roeslani, ketua of KADIN, mengatakan bahwa peran yang dimainkan oleh fintech dalam industri keuangan tidak dapat diabaikan, khususnya dalam menciptakan dan memperkuat inklusi keuangan untuk rakyat. Pada tahun 2008, investasi fintech di Indonesia sebesar kurang lebih $ 900 juta, kemudian melejit hingga tiga miliar pada tahun 2013, dan diproyeksikan akan mencapai $ 8 miliar pada tahun 2018. Akan tetapi, sebenarnya, apakah ini hal yang baik? Apakah hal ini dapat benar-benar berdampak positif?
Mari kita berpikir seperti ini. Bank-bank besar terkemuka tidak banyak memikirkan konsumen karena mereka selalu berfokus pada bagaimana memperoleh uang sebanyak mungkin dari klien mereka. Apakah mereka memikirkan tentang dampak sosial yang mereka ciptakan? Biasanya, tidak.
Sekarang pikirkan tentang perusahaan-perusahaan teknologi baru yang bernilai miliaran dolar seperti Uber dan AirBnB. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak didirikan dengan cara yang sama. Mereka ingin memecahkan masalah, berdampak terhadap kehidupan, dan menjadi agen perubahan.
Fintech pada dasarnya sama seperti itu. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak bertujuan untuk menghasilkan keuntungan semata, akan tetapi mereka bertujuan untuk membuat perubahan, menawarkan solusi yang lebih baik, dan yang terpenting menciptakan dampak sosial yang dapat merekonstruksi masa depan kita menjadi lebih baik. Mereka adalah orang-orang dan perusahaan yang memasuki ruang tersebut untuk menciptakan system yang lebih baik, dan pada akhirnya menjadikan sektor keuangan secara keseluruhan lebih mudah dan lebih intuitif bagi konsumen.
Perkembangan Fintech di Indonesia
Pasar terbesar di Asia Tenggara, Indonesia, telah menyaksikan kemunculan sejumlah perusahaan fintech, salah satunya adalah perusahaan pemberi pinjaman peer-to-peer MEKAR, yang secara harafiah berarti “berkembang”, yang menggunakan web-platform dan media sosial untuk layanannya.
MEKAR menggunakan teknologi untuk meningkatkan akses ke pembiayaan bagi usaha kecil di Indonesia. Misinya adalah untuk melibatkan orang-orang kaya di Indonesia dan/atau siapa pun di seluruh dunia untuk membiayai para wiraswastawan Indonesia dari golongan ekonomi lemah. Sisi baiknya adalah investor dapat langsung menciptakan dampak dalam menggerakkan kondisi ekonomi negara ini. Investor dapat membantu menciptakan lapangan kerja dan peluang, dan yang terpenting memberikan masa depan yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.
Yang membedakan MEKAR dengan pemberi pinjaman daring lainnya adalah MEKAR hanya memilih usaha-usaha di Indonesia yang membuat dan menjual produk Indonesia dari petani dan pabrikan lokal, usaha-usaha yang dapat berdampak positif bagi anak-anak, kaum wanita, dan lanjut usia, serta usaha-usaha yang bergerak di seputar produksi makanan, pendidikan, kesehatan, dan daur ulang limbah. Investor dapat pula memilih sendiri usaha di mana mereka ingin berinvestasi. Dan untuk membantu investor memprediksi dan memperkecil risiko investasi mereka, MEKAR juga merancang sistem pemeringkat yang secara umum sederhana untuk memberikan rangkuman singkat tentang derajat risiko bagi investor. Melalui pengoperasian yang transparan dan real-time tersebut, MEKAR dapat pula membantu mendorong perbaikan dalam layanan keuangan, yang dapat memberikan manfaat bagi konsumen dan sektor-sektor perekonomian lainnya.
Dengan demikian jelas sekali bahwa berinvestasi dalam fintech seperti MEKAR dapat dikatakan sebagai cara yang paling menjanjikan untuk menghasilkan dampak yang berharga terhadap kesejahteraan finansial Anda, serta kehidupan orang lain.