Kabar Mekar

Dear Perempuan, Berhentilah Melakukan Kesalahan Finansial Ini

Dalam hal finansial, seringkali perempuan berada dalam situasi yang tidak menguntungkan. Pasalnya, masyarakat kita masih mengasosiasikan perempuan dengan ranah domestik seperti mengurus rumah dan anak. Karena itulah tak sedikit perempuan yang, setelah berumah tangga, mengabdikan dirinya pada kedua hal tersebut. Mereka pun lalu berhenti dari pekerjaannya dan bergantung secara finansial pada pasangannya.

Sayangnya, banyak perempuan yang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang menjadi sumber penghasilannya tanpa memiliki perencanaan keuangan yang memadai. Padahal, tidak memiliki strategi pengelolaan keuangan bisa berefek buruk jika di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Nah, selain menyusun rencana keuangan, sebagai seorang perempuan kita juga perlu menghindari kesalahan-kesalahan finansial yang bisa berakibat fatal. Apa sajakah itu?

1. Tidak memiliki tabungan

Banyak perempuan yang lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan saat ini ketimbang menyimpan uang untuk dana darurat dan mimpi-mimpi masa depan. Padahal, memiliki dana darurat sangatlah penting sebagai cadangan yang bisa digunakan sewaktu-waktu jika pencari nafkah utama tiba-tiba kehilangan sumber penghasilannya. Merencanakan dana untuk mimpi finansial seperti membeli rumah, menyekolahkan anak dan sebagainya juga harus dimulai sedini mungkin.

Sebagian perempuan juga kesulitan menabung karena sejak awal bekerja pun mereka mendapatkan penghasilan yang rendah. Selain itu, mungkin saja di suatu titik dalam hidupnya, seorang perempuan memutuskan untuk bekerja selama beberapa tahun karena harus mengurus rumah tangga atau anak sehingga kita tidak memiliki penghasilan. Karena itulah, penting sekali bagi seorang perempuan untuk membangun tabungannya sejak dini. Harapannya, tabungan yang sudah dibangun cukup lama bisa mencukupi untuk saat-saat kita tak menghasilkan uang.

2. Menyimpan uang tunai

Punya uang sisa setelah membayar pengeluaran-pengeluaran? Apa yang kamu lakukan dengan uang tersebut? Mungkin banyak perempuan yang menjawab “disimpan di tabungan”. Ya, tabungan itu memang penting. Tapi, jika jumlah tabunganmu dirasa sudah cukup besar, sebaiknya mulailah memikirkan cara untuk menumbuhkan nilai uangmu agar tidak hanya tergerus oleh inflasi.

Salah satu caranya yaitu dengan memanfaatkan platform peer to peer. Platform peer to peer adalah sebuah platform online (website) di mana kamu bisa mendanai pinjaman dan mendapatkan keuntungan dari pendanaanmu. Contohnya di MEKAR, sebuah platform P2P untuk pendanaan UMKM. Di MEKAR, kamu bisa menghasilkan hingga 12,5% per tahun hanya dengan memberikan pendanaan usaha bagi pelaku UMKM Indonesia. Jadi, sambil menumbuhkan uangmu kamu juga bisa mendukung pertumbuhan usaha kecil di tanah air.

Ingin tahu lebih banyak? Klik di sini.

3. Terlalu memikirkan pendapat orang lain

Tidak menyekolahkan anak di SD internasional? Beli mobil yang bukan keluaran terbaru? Pakai sepatu yang kurang branded? Duh, malu ah sama tetangga. Apakah kamu termasuk perempuan yang terlalu sering memikirkan pendapat orang lain? Kalau iya, yuk buang jauh-jauh pikiran seperti itu.

Hidup sebaiknya dijalani sesuai kemampuan kita dan bukan berdasarkan apa yang orang pikirkan tentang kita. Ingat selalu target-target finansialmu di masa depan dan fokuslah untuk mencapai kesejahteraan finansial. Saat kamu benar-benar sudah merdeka secara finansial, tentu akan terasa lebih menyenangkan ketimbang saat kamu memaksakan diri membeli sepatu branded itu.

4. Tidak mempersiapkan untuk skenario terburuk

Jalan hidup manusia tidak ada yang tahu. Baru-baru ini, sebuah kisah menjadi viral di sosial media tentang seorang ibu 4 anak yang tiba-tiba mendapati bahwa suaminya telah menikah lagi tanpa seijinnya. Ia mencoba bertahan dalam pernikahan di mana ia harus berbagi suami namun akhirnya memilih untuk bercerai. Namun, masalah baru muncul setelah bercerai; ia kesulitan menanggung biaya pendidikan dan kesehatan anak-anaknya maupun kebutuhan hidup sehari-hari.

Tentunya tak ada orang yang ingin mengalami hal seperti ini, tapi bukannya tak mungkin ini terjadi pada kita.

Meninggalkan sebuah hubungan atau pernikahan yang tidak sehat bukanlah hal yang mudah, apalagi kalau mempertimbangkan masa depan anak-anak. Namun, hal ini akan lebih sulit lagi kalau kita tidak memiliki persiapan dalam hal finansial. Selain memiliki rekening bersama, ada baiknya kita memiliki rekening bank yang terpisah yang bisa kita kontrol secara penuh. Siapkan dana khusus untuk berjaga-jaga seandainya kita harus memutuskan untuk keluar dari hubungan dengan pasangan dan menanggung hidup sendiri.

5. Tidak meminta hak atas uang tunjangan anak

Berkaca dari kasus perceraian di atas, kita juga bisa mengambil pelajaran tentang pentingnya meminta hak kita pada mantan suami atas uang tunjangan anak yang masih di bawah umur (jika selama pernikahan, suami adalah pencari nafkah utama). Pada kebanyakan kasus perceraian, hak asuh anak di bawah umur jatuh pada pihak ibu, namun hal ini tidak menggugurkan kewajiban pihak bapak dalam pemenuhan kebutuhan anak-anaknya.

Pasal 41 UU Perkawinan mengatakan, “Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah: baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak…”. Jadi, hak dan kewajiban atas uang tunjangan anak memiliki dasar hukum yang jelas dan kita bisa memperjuangkan agar pihak mantan suami memenuhi kewajibannya tersebut.

6. Tidak mempersiapkan untuk hari tua

Kesalahan yang satu ini sering dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki. Namun, persiapan finansial untuk hari tua menjadi semakin krusial bagi perempuan karena kebanyakan perempuan hidup lebih lama dibandingkan laki-laki.

Kesalahan lainnya yang juga banyak dilakukan yaitu mengharapkan bahwa kita akan bisa menggantungkan hidup pada anak cucu kita di masa tua nanti. Akibatnya, anak-anak kita harus menjadi generasi sandwich yang harus membiayai hidup orang tuanya dan generasi di bawahnya, selain menghidupi dirinya sendiri. Sebaiknya siapkan penghidupan kita di hari tua mulai dari sekarang agar kita bisa memutus rantai generasi sandwich tersebut.